top of page
kongres-pemuda-ii_20171028_093922.jpg

NASIONALISME PEMUDA DALAM SEMANGAT SUMPAH PEMUDA

October 28, 2021

Secara historis, peringatan Sumpah Pemuda telah menjadi bagian penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa ini pada hakekatnya menjadi inspirasi sekaligus pemicu dan pemacu  para pejuang menghadapi sekaligus mengusir penjajah. Saat itu, hadir suatu pemikiran strategi dan taktik edukatif menghadapi para penjajah dengan menampilkan berbagai organisasi pemuda dengan semangat nasionalisme, heroism dan patriotism.  Organisasi social politik yang dimotori oleh  kaum muda terdidik ini  berasal dari berbagai latar belakang organisasi, daerah, ras, dan agama.

Perubahan arah perjuangan bangsa Indonesia menghadapi Belanda secara historys sebetulnya diawali dengan munculnya politis etis yang diberlakukan Kolonial Belanda didaerah jajahannya. Politik etis itu memberikan kesempatan kepada kaum pribumi untuk mengecap pendidikan. Walau tingkat pengetahuannya hanya sekedar pandai berhitung, membaca dan kemampuan tenaga administrasi dasar, namun dalam perkembangannya itulah menjadi pembuka cakrawala pandang bangsa terhadap penjajah.

Memasuki abad 20 arah perjuangan di Indonesia mengalami pembaharuan dengan ditandai lahirnya gerakan pemuda intelektual, lingkar-lingkar belajar, pendidikan-pendidikan politik yang mengadopsi pengetahuan eropa, menyerap ide-ide kebebasan, mempelajari teori-teori perjuangan rakyat di berbagai Negara hingga pergolakan revolusi besar seperti di Rusia. Hal tersebut mendorong pemuda intelektual Indonesia untuk menuangkan gagasannya kedalam gerakan pembebasan rakyat atas penjajahan kolonial. Demikian juga saat itu pembentukan kesadaran nasional pada waktu itu melalui bantuan kapitalisme percetakan di Indonesia.

 Percetakan menjadi media pembentukan bahasa nasional (lingua franca) yang mampu membentuk jiwa sebangsa, setanah-air dan menularkannya hingga ke pelosok-pelosok negeri. Lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 bermula dari sebuah manifesto politik yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda pada tahun 1925. Gerakan ini mengeluarkan tiga pokok pemikiran. Pertama, rakyat Indonesia sudah sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih sendiri. Kedua, dalam memperjuangkan pemerintahan tidak diperlukan bantuan dari pihak manapun. Dan yang ketiga, tanpa persatuan, perjuangan tidak akan dicapai. Menindaklanjuti gerakan ini Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) mengadakan pertemuan para pemuda se-Nusantara, yakni Kongres Pemuda I (30 April 1926 - 2 Mei 1926, di Jakarta) dan berlanjut pada Kongres Pemuda II (27 - 28 Oktober 1928, di Jakarta).

 Pertemuan kedua dihadiri oleh beberapa organisasi pemuda kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Batak, Jong Islamieten Bond, Pemuda Kaum Betawi dll dan para peserta kongres telah menyepakati dasar-dasar persatuan dan melahirkan Sumpah Pemuda dengan ikrar "Mengaku Bertumpah Darah Satu-Tanah Air Indonesia, Berbangsa yang Satu-Bangsa Indonesia, dan Menjunjung Bahasa Yang Satu- Bahasa Indonesia".


Dengan demikian, Sumpah Pemuda bukan hanya mendorong semangat persatuan rakyat Indonesia. Namun, Sumpah Pemuda juga membangun tradisi baru perjuangan mencapai kemerdekaan. Gagasan kebangsaan Indonesia merupakan hal yang progresif. Oleh karena itu, dengan cara ini bangsa yang terjajah dapat menghimpun kekuatan guna melepaskan diri dari cengkraman kolonialisme dan rakyat Indonesia dimungkinkan mencapai keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Sudah saatnya para pemuda segera sadar akan nilai-nilai yang selama ini mereka gaungkan ternyata berbeda jauh dengan nilai kebangsaan yang telah ditanamkan oleh Founding Father kita.

Balakdok Disjarahad

No Document No History

Subscribe to Newsletter
GALERI: News Feed
Pasukan Belanda memasuki Wilayah RI Dalam Agresi Militer Pertama tanggal 21 Juli 1947 (Sum

PASUKAN BELANDA MEMASUKI WILAYAH RI DALAM AGRESI MILITER PERTAMA TANGGAL 21 JULI 1947

Pada hari ini tanggal 21 Juli 2021 tepatnya  74 tahun silam , 21 Juli 1947 terjadi peristiwa besar yakni “Operatie Product” atau “Agresi Militer Belanda I” serangan pertama kali yang dilakukan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia dengan menginvasi Pulau Jawa dan Sumatera. Gubernur Jenderal van Mook, menyatakan bahwa Perundingan Lingggarjati (25 Maret 1947) sudah tidak berlaku lagi.

Tujuan utama agresi militer Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan memiliki sumber daya alam. Dalam operasi tsb Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tentara Belanda bergerak untuk menduduki wilayah Jakarta, Bandung, Surabaya dan Semarang.

 Yogyakarta menjadi salah satu daerah yang menjadi sasaran utama Belanda dalam Agresi Militer Belanda I. Kota ini diserang dari udara dan menimbulkan banyak  korban jiwa dari kalangan rakyat


Langkah Pemerintah Indonesia mengadukan kpd PBB, yg dinilai Belanda telah melanggar perjanjian internasional (Persetujuan Linggarjati). Atas desakan dan tekanan dunia internasional, PBB mengeluarkan Resolusi No. 27 tertanggal 1 Agustus 1947 yg isinya menyerukan agar konflik senjata dihentikan, selain itu PBB mengakui eksistensi RI dengan menyebut nama Indonesia bukan lagi nama "Nederland Indies" atau "Hindia Belanda".

Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1947 Belanda menerima resolusi dan menghentikan pertempuran.


(Balakdokjarah Disjarahad)

Get in Touch
GALERI: Welcome
28.jpg
GALERI: Image
29.jpg
GALERI: Image
30.jpg
GALERI: Image
31.jpg
GALERI: Image
32.jpg
GALERI: Image
33.jpg
GALERI: Image
34.jpg
GALERI: Image
Speaking Event

BALAKDOK DISJARAHAD WELCOMES YOU

Contribute Today
GALERI: Welcome
bottom of page